Senin, 12 Oktober 2009

namaku arko



Halooo..

Nama saya Arko Jatmiko Wicaksono dan biasa dipanggil Arko. Kata ibu artinya matahari yang cakap dan bijaksana. Nama tersebut dipilih dengan harapan agar saya bisa menjadi manusia yang mampu menerangi sekitarnya. Insya Allah.

Saya lahir di Sleman th 1987, merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Meski anak bungsu tapi saya tidak manja, bahkan saya ingin selalu jadi anak yang mandiri.

Pada tahun 1993, oleh orang tua, saya dimasukkan ke SDN Babarsari. Ketika itu umur saya belum genap 6 tahun. Mungkin karena saya paling kecil dan bicara saya masih pelo, saya sering sekali mendapat nilai merah. Agar tidak minder, kakak menasehati “wis ora opo-opo. Koe kan isih cilik. Sing penting sinau meneh sing sregep.ayo sinau karo mas” (Tidak apa. Kamu kan masih kecil. Yang penting belajar ebih rajin Ayo belajar sama kakak). Alhamdulillah, meski belum terlalu baik namun nilai lumayan meningkat.

Saat duduk dikelas dua kebetulan sekolah kami berprestasi di bidang UKS (Unit Kesehatan Siswa) karena itu dipilih sebagai salah satu tujuan kunjungan ibu negara Amerika, Hillary Clinton. Meski tidak bisa melihat dengan jelas ibu Hillary karena tertutup teman-teman yang lebih besar tapi saya ikut menyanyikan lagu “WELCOME to OUR CITY”. Inilah syairnya: Welcome, welcome to our city, Yogyakarta beautiful and fine, Welcome my friend, welcome my friend, Welcome, welcome, welcome.
Setelah lulus SD, saya bermaksud melanjutkan sekolah di SMP N 1 Yogyakarta. Namun apa boleh dikata, NEM SD saya masih kurang untuk diterima di SMP favorit tersebut. Sehingga, orang tua memutuskan masuk SMP N Depok 4, Babarsari. Yah..mungkin karena belum bisa menerima kenyataan (mensyukuri apa yang ada), waktu kelas I dan II SMP belajar saya masih awut-awutan. Tapi beruntung waktu kelas 3, guru-guru kami selalu menasehati dan memotivasi agar kami belajar lebih giat. Dan ternyata itu memberi dampak yang sangat besar bagi saya.

Alhamdulillah semenjak itu kami mulai sadar dengan tanggung jawab kami, betapa besar karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, juga betapa besar pengorbanan orang tua kepada kami (termasuk untuk memberi kesempatan kami guna terus mengenyam pendidikan). Mungkin, itu adalah titik balik perubahan dalam diri saya.


Sewaktu pertama kali masuk SMA dan ditanya ingin ikut ekstrakurikuler apa, awalnya saya memilih sepakbola karena itu adalah olahraga kegemaran saya. Namun ibu menasehati lebih baik saya ikut KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) saja. Dengan alasan sepakbola kan bisa dilakukan dirumah, sedangkan kelompok ilmiah itu tidak semua orang tertarik. Jadi agar wawasan saya bertambah, juga kata beliau supaya bisa belajar membuat skripsi. Pada awalnya kegiatan di KIR “Muda Wijaya” (KIR SMA 6 Yogya) ini sangat membosankan. Setiap hari isinya hanya bermain dan bercanda. Ketertarikan timbul ketika kami diseleksi untuk persiapan lomba debat ilmiah. Meski masih baru dan harus bersaing dengan teman, juga senior, tanpa disangka sebelumnya,..saya lolos!



Kemantapan semakin bertambah ketika pak Rudi Prakanto, guru pembimbing, mengajarkan kepada kami untuk lebih tanggap pada fenomena alam dan mencoba berfikir lebih dalam mengenai problem yang ada guna mengatasi masalah tersebut. Salah satu contoh yang selalu saya ingat ketika beliau berkata: “Misalnya kita ingin membuat obat perangsang pertumbuhan binatang, tapi ternyata binatangnya malah mati. Apakah ini berarti penelitian kita gagal? Belum tentu! Kenapa tidak kita teliti lebih jauh? Siapa tahu itu malah bisa jadi racun tikus atau hama wereng, atau lainnya? Maka dari itu, telitilah!


Sewaktu SMA saya kerap mengikuti lomba ilmiah. Meski sering gagal, namun Alhamdulillah beberapa kali kami juga juara. Antara lain, saat kelas I (2002), kami juara Harapan I Lomba Esai Korea Tk. SMA se-DIY; Juara II LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) SMA se-Indonesia, Dies UII; dan pada bulan Februari 2003 kami meraih juara I LKTI Tk. SMU seJawa-Bali, yang diadakan oleh HMTL FTSP, ITB.



Dalam lomba yang terakhir ini kami melakukan penelitian tentang perbukitan kapur di Gunung Kidul yang memiliki keunikan bentuk, dan hanya satu-satunya di dunia (bahkan sejak 1994 International Union of Speleology secara aklamasi telah mencanangkan sebagai World Natural Heritage), namun sampai saat ini (waktu penelitian) penambangan kapur masih gencar dilakukan. Apalagi keberadaan kawasan ini terkait erat dengan ekosistem hayati dan sumber penyimpan (debit) air terbesar di Yogyakarta. Penelitian yang banyak dibimbing oleh pakar2 dari UGM ini, ternyata membuahkan hasil luar biasa bagi kami (saya yang wktu tu msh kelas 1 SMa, bisa juara 1. sdgkn lawan lainnya adlh temen2 SMA kelas 3 ). dan Tanpa disangka, pada tanggal 6 Des 2004, kawasan karst Gunung Kidul ini diresmikan sebagai Kawasan Laboratorium Alam, oleh Presiden.http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2004/12/06/65.html



Pada LKTI Tk. SMU seDIY-Jateng, yang diadakan UNY (2003), kebetulan 2 buah karya penelitian kami lolos dan mendapat juara II dan III. Bulan Oktober 2003 kami mengikuti Lomba Inovasi Bisnis bagi Pemuda, Tk. Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Kepemudaan Depdiknas dan berhasil mendapat juara II, serta certificate of merit dari WIPO (World Intellectual Property Organization). Dalam lomba ini kami mengajukan hasil penelitian kami tentang pemanfaatan bonggol (umbi batang) pisang sebagai bahan pembuatan makanan berserat alami. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya bonggol pisang yang tak termanfaatkan (diperkirakan lebih dari 3juta ton/tahun), semakin banyak penderita penyakit akibat kurang mengkonsumsi serat, sedang kandungan serat alami bonggol pisang tenyata tinggi dan dapat dikonsumsi.Penelitian ini dilakukan 8 bulan. Lomba ini sangat mengesankan. Karena selain jurinya para pakar dan praktisi ahli dibidangnya: dari Perguruan Tinggi, Kantor Menristek, LIPI, Depdiknas, Depkes, Ditjen HKI, Deptan dan KADIN,juga karena finalis lainnya adalah mahasiswa(ada yang sudah sarjana) dan bahkan ada yang S2. Hasil penelitian tersebut,kini sedang dalam proses paten.


Beberapa waktu sebelumnya, saya juga sempat mengikuti Student Camp for Peace. Dalam kemah perdamaian tersebut, saya (bersama seorang lagi) dikirim sebagai wakil dari sekolah kami. Disana kami berkemah sekaligus berlatih untuk saling menghargai. Karena bukan cuma dari dalam negeri,pesertanya juga dari luar negeri. Kemudian bulan Juni 2004, saya dikirim oleh sekolah untuk mengikuti Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) III LIPI di Kutai. Berbeda dengan perkemahan sebelumnya, kali ini kami berkemah sambil meneliti. Hasilnya, kelompok kami terpilih sebagai Kelompok Peneliti Terbaik bidang Ilmu Pengetahuan Teknik. Lalu saya dan anggota kelompok dites lagi dengan soal matematika, bahasa inggris, dan materi yang terkait dengan bahan penelitian.Tanpa disangka, saya terpilih sebagai Peneliti Remaja Terbaik bidang tersebut.



Menjelang keberangkatan ke Kutai, saya menerima telpon dari Depdiknas diminta ke Jakarta guna mengikuti seleksi untuk ASEAN Youth Day Meeting (ASEAN Award Presentation, 2004).

Karena waktunya bertepatan, dari Kutai saya langsung ke Jakarta. Dan tanpa diduga,ternyata saya yang lolos seleksi.


Akhirnya pada bulan Agustus saya ke Brunei didampingi seorang official (dari Diknas) dan guru pembimbing. Selain pameran, disana saya presentasi, sekaligus menerima Award on entrepreneur dari ASEAN. Dan kebetulan, saya juga sebagai delegasi termuda.


ketika mahasiswa ini, beruntung (alhamdulillah..) saya masuk UGM non tes dan bebas biaya 4 tahun (krn UM lewat jalur prestasi/pbub). tanggung jawab besar saya karena tak lama lagi saya harus mampu bangkit mandiri untuk menghidupi keluarga. dan di luar, masih banyak masyarakat belum hidup dengan sejahtera. Itulah tugas selanjutnya.


arko,jogja.
(2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar